Senin, 24 Desember 2012

75 cara menyelamatkan bumi

Sebarkan Tip ini kepada tiap orang yang anda jumpai. Memang lidah tak
bertulang, berbicara memang lebih mudah dibanding melakukannya.
Padahal tanpa banyak bicarapun sebenarnya kita semua bisa ikut
mengambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan

1. Jangan menggunakan listrik untuk penerangan atau peralatan
kecuali jika anda benar-bnar sedang menggunakannya, jika tidak
menggunakannya matikanlah !
2. Menggunakan lampu luorescent (neon) yang hemat energi.
3. Pergunakan penerangan, pembangkit listrik, unit-unit pemanas
bertenaga surya.
4. Manfaatkan lebih banyak penerangan cahaya alam.
5. Pergunakan ventilasi yang struktural untuk penyejuk ruangan
daripada menggunakan Air Condition (AC)
6. Pergunakan air dingin, bukan air panas.
7. Pastikan peralatan bertenaga listrik tetap efisien dan terawat
dengan baik
8. Pengendalian penerangan, alat pendingin udara secara otomatis,
misal dengan alat sensor cahaya
9. Pergunakan alat-alat pematul cahaya untuk menggantikan lampu
penerangan.
10. Pergunakan film pelapis kaca atau rayban untuk mengurangi panas
matahari.
11. Tanamlah tanaman sebanyak mungin di kebun anda untuk mengurangi
karbondiosida.
12. Jangan membakar apa saja, bahkan rokok.
13. Lengkapi mobil atau motor anda dengan katalisator.
14. Jika anda menghentikan kendaraan dalam waktu yang tidak lama,
jangan matikan mesin kendaraan anda.
15. Kurangi bawaan pada kendaraan anda untuk mengurangi beban,
bahkan mengeluarkan sebatang pensil dari kendaraanpun akan membantu.
16. Jangan membuang sesuatu yang dapat di daur ulang, seperti kaleng
aluminium dan kertas. Simpan dan berikan pemulung untuk dijual kembali.
17. Meminimalisir penggunaan styrofoam (gabus sintetik) untuk
bungkus makanan.
18. Lihat dan periksa kembali jika anda menggunakan aerosol, cat,
AC, apakah mengandung khlorofluorokarbon (CFC).
19. Jangan beli barang apapun yang langsung dibuang sesudah dipakai
sekali, jika ada barang sejenis yang dapat dibeli sebagai investasi
jangka panjang.
20. Belilah produk yang anda sukai sehingga produk tersebut tidak
perlu diganti sampai benar-benar rusak dan tidak dapat dipakai kembali.
21. Cobalah untuk tidak memiliki barang yang hanya memiliki nilai
estetika saja.
22. Berhati-hati dengan barang plastik yang anda beli karena ada
beberapa jenis plastik tidak dapat di daur ulang.
23. Bawalah tas anda sendiri jika hendak berbelanja yang terbuat
dari kain atau kanvas untuk mengurangi produk plastik.
24. Katakan pada seseorang jika anda melihatnya membuang sampah
secara sembarangan.
25. Jangan sekali-sekali memotong tanaman atau menebang pohon karena
tetumbuhan membantu menyelamatkan bumi.
26. Sirami taman anda dengan air hujan, buat sistem tadah hujan.
27. Pergunakan air sehemat mungkin untuk mencuci kendaraan dan
menyiram kebun anda.
28. Pisahkan sampah yang dapat di daur ulang dan tidak.
29. Jangan membuang sampah kedalam saluran air, terusan air, sungai
dan laut.
30. Jangan gunakan bahan kimia terutama bahan detergen dan bahan
pembersih yang mengandung phospat.
31. Pakailah bahan pengganti zat kimia dalam rumah misal jus lemon
dicampur dengan garam,cuka dan amoniak.
32. Jangan menggunakan air lebih dari yang anda perlukan.
33. Apabila mungkin, air di daur ulang.
34. Jangan menggunakan air untuk membersihkan halaman jika dapat
dibersihkan dengan sapu.
35. Pastikanlah agar keran bekerja dengan baik dan pergunakan
pancuran yang mengalir pelan.
36. Periksa pembilas toilet berada dalam keadaan baik untuk
menghindarkan pembilasan yang tidak perlu.
37. Simpan air bekas dan mesin cuci pakaian untuk mencuci kendaraan
anda.
38. Biasakan meminum air dengan tidak menyisakan air dalam gelas.
39. Jangan melakukan perjalanan, kecuali anda terpaksa melakukannya.
40. Jangan melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi, kecuali
jika anda memang terpaksa.
41. Pergunakan kendaraan umum untuk mengurangi kemacetan, karbon
monoksida dan ongkos parkir.
42. Pergunakan sepeda, jika jarak yang ditempuh relatif dekat.
43. Pergunakan bahan bakar yang bebas timah (unleaded fuel)
44. Pergunakan bahan bakar beroktan rendah.
45. Mengkonversi mesin kendaraan anda untuk memakai gas alam yang
dipadatkan.
46. Merawat mesin dengan teratur.
47. Pilih kendaraan yang menggunakan bahan bakar paling efisien.
48. Jika hendak mencetak (nge-print) periksa setting print terlebih
dahulu, pergunakan cetak draft untuk menghemat tinta.
49. Pergunakan dibalik kertas yang telah terpakai untuk kebutuhan
intern.
50. Jangan pergunakan gambar-gambar yang yang tidak dibutuhkan dalam
sebuah tulisan, karena gambar membutuhkan tinta yang lebih.
51. Pilih jenis dan ukuran huruf yang standart.
52. Jangan mempergunakan pupuk yang mengandung zat kimia atau
penyalahgunaan pestisida.
53. Pergunakan bahan kimia untuk tanaman herbisida dan fungisida
seefisien mungkin.
54. Mulailah menanam tanaman dengan teknik hidroponik (ditanam tanpa
menggunakan tanah dan hanya memberi gizi secukupnya di dalam air.
55. Untuk pedagang keliling, jangan menghidupkan alat-alat yang
menimbulkan suara bising, kecuali untuk memberikan demonstrasi kepada
konsumen.
56. Menghindarkan musik pengiring ditempat-tempat publik.
57. Jangan mengoperasikan peralatan pada jam-jam puncak istirahat.
58. Hindari memperdengarkan musik bersuara keras, sehingga
mengaburkan bunyi pengumuman yang penting.
59. Pastikan bahwa peralatan benar-benar kedap suara dan diservis
untuk memperkecil suara bising.
60. Pakailah alat penutup telinga jika bekerja pada mesin yang
bersuara bising.
61. Pastkan agar produk yag menimbulkan suara mengeluarkan suara
sekecil mungkin atau diisolasi.
62. Gunakanlah alat-alat musik pada tingkat suara yang wajar dan
tidak memekakkan telinga.
63. Jangan menempel poster,atribut organisasi atau hal-hal yang
berbau promosi di dinding atau tembok di area publik.
64. Hindari pemasangan tanda penunjuk atau rambu lebih dari satu
sehingga orang tidak dibingungan dengan rambu itu.
65. Pasanglah reklame atau baliho pada tingkat kewajaran.
66. Jangan bangun pabrik yang menimbulkan pencemaran di daerah
pemukiman.
67. Pastikan adanya prasarana yang memadai untuk pembuangan seluruh
limbah.
68. Meminimalisir tingkat asap beracun dan limbah cair yang rendah.
69. Cari informasi dari pemerintah mengenai standar pencemaran udara
dan air yang dapat diterima.
70. Pergunakan bahan bakar yang paling sedikit menimbulkan pencemaran.
71. Pergunakan teknologi pembersih atau anti pencemaran yang ada
untuk menjaga agar prosesing pabrik anda menjadi bersih.
72. Hindarkan pemakaian bahan-bahan beracun, kecuali jika hal
tersebut sangat diperlukan sekali.
73. Jangan menanam limbah beracun tanpa nasehat ahli.
74. Jangan membuang limbah beracun di luar pabrik anda.
75. Jangan membakar limbah industri di tempat terbuka. (Berbagai Sumber)

Apapun yang anda lakukan dan apapun yang anda beli, pikirkan apakah
anda merusak lingkungan kita??


Sumber:  http://forum.kompas.com/green-global-warming/2955-save-our-planet-%5B75-cara-menyelamatkan-bumi%5D.html

7 Alasan Kenapa Kita Harus Mencintai Alam

Kenapa sih kita harus mencintai alam dan menjaga kelestariannya? di sini saya mencoba memberikan pandangan tentang ini : )
Mereka Hidup
Simpel banget untuk alasan yang satu ini. Karena mereka hidup. Apa sih yang diinginkan oleh sesuatu yang hidup? Kita sebagai manusia pasti ingin dihargai oleh orang-orang di sekitar kita, serta mendapatkan penghidupan yang layak. Tumbuh-tumbuhan, dan hewan juga berhak mendapatkan perilaku yang sama dari kita.
Keindahan yang tak tergantikan
Satu lagi alasan simple adalah karena alam itu sangat indah.
Coba liat, cantik kan?
Pantai Kuta, Bali
Danau Toba, Sumatra
Keseimbangan Lingkungan
Di Biologi kita kenal dengan yang namanya rantai makanan kan? Dimulai dari produsen konsumen , predator, dekomposer sampai akhirnya ke produsen lagi, begitu seterusnya membentuk lingkaran yang tidak pernah putus. Keseimbangan lingkungan cuma bisa terjadi kalau masing-masing tingkat tidak mengkonsumsi dalam jumlah yang melampau batas.
rentai makanan
Sebenernya rantai makanan ini adalah bentuk dari saling ketergantungan antara mahluk hidup yang  satu dengan yang lain, juga ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik. Bayangkan kalau rantai itu terputus..  Akui saja, kita butuh mereka, justru malah bisa jadi sebagian besar dari mereka yang tidak membutuhkan kita.  Sebagai manusia kita ngga bisa hidup dengan cara egois, kita seenaknya mengambil apapun yang ada di alam tanpa melestarikan keseimbangannya. Karena egois = menyakiti kehidupan kita sendiri untuk ke depannya.
Mereka membagi apa yang mereka miliki
Kalian tau cerita lebah? Seperti yang kita tau kalau makanannya lebah itu adalah nektar, tapi nektar ini tidak diproduksi oleh bunga selama musim dingin, jadi si lebah ini menyimpan nektar dengan cara mencampurkannya dengan cairan khusus yang ada di tubuh mereka. Kemudian campurannya ini disimpan di sarang mereka untuk persediaan di musim dingin.
lebah madu
Tapi coba deh diperhatiin, lebah menyimpan madu dengan jumlah yang sangat banyak, lebih dari jumlah yang mereka butuhkan.  Terus buat apa dong lebah-lebah ini memproduksi madu dalam jumlah banyak padahal itu cenderung menguras waktu dan tenaga mereka? Iya, semua itu diciptakan untuk kebutuhan manusia.
Atau bisa kita liat ayam bebek dan kawan kawannya sesama unggas, yang setidaknya meproduksi sebutir telur tiap harinya.  Bukan berarti mereka ingin membentuk keluarga bahagia dengan jumlah anak yang banyak kan?  telur-telur itu mereka produksi juga untuk kebutuhan manusia.
Atau sapi yang  memproduksi susu lebih dari yang dibutuhkan anak-anaknya.. Juga tanaman yang menyimpan kelebihan nutrisinya dalam bentuk buah-buahan.  Ayo coba, pernah ngga kita kepikiran?
Hukum Aksi Reaksi
To every Action there is always opposed an equal Reaction
Kira-kira seperti  itu bunyi hukum aksi reaksi yang diucapin sama Mbah Newton. Kalau diubah ke Bahasa Indonesia jadi “Setiap aksi, selalu ada reaksi dengan arah yang berlawanan dan jumlah yang sama besar”. Intinya adalah ketika kita memberikan suatu aksi pada suatu benda, pasti akan ada reaksi dengan besar yang sama dari benda tersebut.
Sama halnya dengan alam, ketika kita memberikan aksi yang positif, dia juga akan memberikan reaksi yang positif yang mengarah kepada kita. Ketika kita seenaknya mengotori lingkungan, tidak menghargai lingkungan, mengeksplotasi alam habis-habisan, sangat mungkin alam memberikan reaksi yang sama negatifnya  dengan yg kita berikan..
Masih inget kejadian ini?

Lumpur panas merupakan lumpur dari dalam bumi yang terus menerus keluar ke permukaan semenjak bulan Mei 2006.  Lumpur ini berhamburan keluar dari sumur eksploirasi gas. Kabarnya sumur ini mengeluarkan lumpur ke permukaan sebanyak 100.000 meter kubik perhari, hmm bayangkan.. 100.000 meter kubik!  Itu dapat diumpamakan dengan bagunan 10 x 10 x 10 meter  yang terisi penuh.  Itu baru sehari. Kalau sebulan ya dikalikan 30, dan kalau dihitung semenjak tahun 2006? Ok, saya ngga berani menghitungnya.  Ya pantas saja kalau kita melihat banyak warga yang mengungsi karena tempat tinggalnya tidak layak huni.
Beberapa ahli mengatakan bahwa semburan lumpur panas ini disebabkan oleh aktifitas pengeboran. lebih tepatnya dikarenakan perusahaan yang bersangkutan telah melakukan eksplorasi yang tidak layak dan tidak melakukan perencanaan yang baik. Nah , inilah salah satu akibatnya kalau kita tidak menghargai keberadaan alam dan hanya memikirkan kesejahteraan hidup manusia semata.
Nah sekarang, kalau kejadian yang satu ini masih ingat?

Keterlaluan kalau ngga ingat kejadian yang satu ini. Karena ini baru saja terjadi di akhir tahun 2010 kemarin. Merapi, gunung berapi teraktif di dunia kembali melakukan Erupsi, dan erupsi yang terjadi kemarin merupakan erupsi terbesar yang bisa dilakukan merapi selama hampir 100 tahun.
Sebenarnya saya merupakan saksi nyata dari aktifas Merapi kemarin. Saat gunung ini meletus, saya kebetulan sedang menjalankan aktifitas sebagai mahasiswa di Kota Yogyakarta. Jarak kampus saya dengan Merapi hanya berjarak 25 kilo meter.  saya melihat wedhus gembel (awan panas) mengepul di atas puncak merapi. Saya merasakan hujan pasir sampai hujan kerikil yang jatuh di lingkungan tempat saya tinggal. Mungkin ini pertama kalinya saya mengalami bencana alam yang paling nyata. Meletusnya gunung berapi itu serius, setiap hari saya melihat ambulance dan mobil tim SAR yang berlalu-lalang di sekitar lingkungan saya sambil membunyikan sirine, karena kebetulan rumah sakit Sardjito tempat dilarikannya korban bencana berada tepat disamping kampus saya.
Terus terang saya udah ngga mau nyaksiin kejadian seperti itu lagi, tapi saya juga ngga mau menyalahkan merapi sama sekali. Karena selama ini gunung merapi sudah menyalurkan nikmat yang tidak terbatas untuk mahluk hidup di sekitarnya berupa tanah yang sangat subur.  Saya tetap cinta dengan Merapi apapun aktifitas yang dia lakukan. : )
Sedihnya lagi  karena kejadian ini berbarengan dengan Tsunami di Mentawai dan Banjir di Wasior : ( .Mungkin kejadian seperti ini dapat dijadikan oleh kita sebagai bahan untuk instropeksi. Seperti lagu yang dilirihkan oleh bang Ebiet, “mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita”.  Terkait dengan alasan sebelumnya, ada baiknya kita membina hubungan yang baik antara alam dengan aktifitas manusia. Agar alam mau lagi bersahabat dengan kita.
Diibaratkan ketika kita memiliki seorang teman yang udah kita baik-baikin dan kita bantu dengan ikhlas, namun tiba-tiba dia menghina dan memperlakukan kita secara tidak baik, kemudian kita sakit hati dan berdoa semoga dia diberi pelajaran atas apa yang dia lakukan.
Seperti yang saya bilang, Alam itu hidup. mereka memiliki alat pernapasan, dan organ lain yang menyokong kehidupannya. Secara logika, mereka semua juga diberi kemampuan untuk berdoa.  Ketika kita memperlakukan mereka dengan tidak baik, mereka pun bisa berdoa untuk memberikan pelajaran kepada kita. Saya rasa semua agama juga mengajarkan bahwa kita harus memperlakukan alam dengan baik kan..?
Secara science udah dibuktiin lho.. dalam buku The Power of Water.. kalau hukum aksi reaksi antara mahluk hidup itu ada..  : )
Pemberian Tuhan
Tanah yang kita pijak ini seperti surga dunia,  nikmat yang ngga akan mungkin bisa diciptakan oleh manusia. Semakin berkembang teknologi, manusia memang sudah mandiri membuat segala sesuatunya sendiri. Tapi sepintar apapun manusia, ngga akan bisa menyaingi pintarnya Sang Pencipta merancang dunia ini.
Misalkan gaya gravitasi matahari yang menjaga planet-planet di sekitarnya agar tetap pada orbitnya, berubah sedikit saja besar gravitasi matahari, planet-plenet tersebut bisa saling bertabrakan.
Atau sayap lalat yang dapat dikepakan sebanyak seribu kali dalam tiap detik, oh waw.. mau sehebat apapun seorang ilmuawan,  tidak akan ada yang bisa menggantikan keberadaan sayap lalat tanpa cacat sedikitpun.
Ruang generasi Selanjutnya
Yang terakhir, menjaga kelestarian alam itu mau ngga mau ya harus mau, karena ini merupakan satu-satunya tempat untuk kita dan anak cucu kita bisa hidup. Kita juga pasti menginginkan generasi di bawah kita mempunya tempat tinggal yang layak kan? Dimana masih dapat menghirup udara segar di pagi hari, mendengarkan nyanyian jangkrik di malam hari.. dan juga menikmati sayur-sayuran dan buah buahan yang diproduksi oleh alam setiap harinya.
Bayangkan kalau semua itu hilang, atau paling tidak berkurang. Tentu kita ngga mau kalau keturunan kita merasakannya kan? Syukur-syukur kalau sampai keturunan kita, kalau kejadian itu ada ketika kita masih hidup, bagaimana?
….
Nah itu tadi alasan-alasan kenapa kita harus mencintai Alam.
Tapi coba kita tengok, gambar yang ada di atas, tentang alam yang indahnya tidak tergantikan.
Sekarang udah jadi beginii : (
Pantai Kuta banyaak sekali sampah
Tumpukan sampah di kawasan gunung, lama-lama tingginya ngalahin gunung aslinya
hutannya botak :'(
no comment deh..
kalau kalian sedih melihat gambar di atas, selamat Anda masih normal!
Sekarang kita sendiri yang menilai seberapa besar kita mencintai alam, dan bagaimana aplikasinya. Gambar yang ada di atas kurang lebih mencerminkan betapa tidak tau dirinya manusia yang hidup berdampingan dengan alam.
Oke, seperti yang selalu saya katakan di akhir blog saya, “I just share, you decide“.  Pilih jadi sesosok yang hidup bersahabat dengan alam atau sebaliknya.

Sumber: http://finaalamanda.wordpress.com/2011/02/11/7-alasan-mencintai-alam/

Mengapa Kita yang Harus Menjaga Lingkungan Hidup?

Dengan jumlah penduduk 6.525.170.264 jiwa, bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius.[1] Enam masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, menipisnya sumber daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam, serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.[2]
Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktek pembangunan tanpa memperhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan. Di sisi lain, UN (United Nations) telah menyusun sebuah konsep Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan) untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Konsep ini didefinisikan sebagai: “Pembangunan yang memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.” Hal ini tertuang secara integratif dalam Brundtland Report (“Our Common Future”) tahun 1987.[3]
Penerapan konsep Sustainable Development saat ini ternyata jauh dari harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta);[4] hal ini diikuti oleh punahnya flora dan fauna langka.[5] Hal ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang terjadi saat ini.
Dapat diambil bukti nyata kerusakan alam di atas dari berbagai bencana alam yang terjadi. Di antara tahun 2005-2006 tercatat terjadinya 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami.[6] Dapat disimpulkan bahwa bencana longsor dan banjir disebabkan terutama oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam. Sedangkan bencana alam lainnya menimbulkan jumlah korban yang banyak karena praktek pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan potensi bencana.[7]
Mengambil contoh banjir yang terjadi di Jakarta, Februari 2007, kita dapat memahami betapa besar dampak pembangunan kota terhadap kerusakan lingkungan dan bencana alam. Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, penyebab utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya debit hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakkan.[8]
Yang perlu dikaji selanjutnya ialah prinsip Theologia Reformed dalam pengelolaan alam yang sejati dan implementatif. Dalam rangkaian khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong tentang manusia sebagai gambar dan rupa Allah, posisi manusia dideskripsikan sebagai raja, untuk menaklukkan dan membudidayakan alam semesta. Hal ini diungkapkan sesuai dengan Kejadian 1:26-31 yang berbunyi: “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi ....’” Hal ini menegaskan bahwa tujuan Allah dalam penciptaan manusia salah satunya ialah untuk mewakili Allah untuk menguasai bumi dan segala isinya. Nampaknya konsep ini ternyata ditafsirkan oleh beberapa ahli, seperti Beissner, bahwa manusia berhak menghabiskan sumber daya alam untuk kehidupan dan kesenangan manusia karena diciptakan mengatasi alam.[9] Pernyataan ini kemudian mengundang kritik para ahli lingkungan, seperti Lynn White yang menuduh bahwa ‘Konsep Kristen’ ini telah mendasari munculnya kerusakan alam karena kapitalisme dan eksploitasi alam secara habis-habisan.[10]
Apakah benar bahwa manusia berhak menghabiskan sumber daya alam dan merusaknya? Menelaah lebih lanjut Theologia Reformed, John Calvin (1554) telah menulis bahwa: Adam diciptakan pertama kali untuk memelihara Taman Eden. Adam diizinkan Allah untuk menikmati hasil buah jerih payahnya secara wajar. Sebaliknya Allah juga mengingini manusia tidak mengabaikan tanah melainkan mengolahnya dengan baik. Selanjutnya sistem ekonomi dan kerajinan itu seharusnya dikembangkan karena menghormati seluruh kebaikan Allah yang kita nikmati. Dan disimpulkan bahwa setiap orang seharusnya menganggap dirinya sebagai penjaga milik Allah (dalam seluruh kepunyaannya), sehingga ia tidak mengkorupsinya atau menyalahgunakan karunia itu.” [11]
Jika kita renungkan pernyataan tersebut, kita akan mengerti bahwa prinsip yang benar dalam pengelolaan alam ialah: “Kita dapat memanfaatkan alam untuk keperluan manusia tetapi Allah juga menginginkan kita mencukupkan diri dengan berkat yang kita miliki serta menjaga kelestarian alam.” Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk  meminta “hari ini makanan ... yang secukupnya.” Hal ini menunjukkan adanya batasan Allah untuk manusia mengeksploitasi alam. Bahkan Firman Tuhan dalam 1 Timotius mengatakan: “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, ....” Batasan ini juga terlihat dalam penentuan Hari Sabat, di mana Allah memerintahkan manusia untuk tidak bekerja dan mengeksploitasi hamba dan hewan ternak.[12] Selain itu, dalam Perjanjian Lama, setiap tahun ketujuh, Allah juga memerintahkan orang Israel untuk tidak menabur dan mengumpulkan hasil, yang bertujuan untuk memberikan tanah perhentian dan memulihkan kondisi tanah[13] serta memberi makan orang miskin dan hewan-hewan hutan.[14] Ayat-ayat tersebut secara tegas menjelaskan tentang keinginan Allah agar alam semesta, termasuk manusia, tidak dieksploitasi secara berlebihan. Sesungguhnya masih banyak Firman yang menyajikan bagaimana alam ikut terkena hukuman oleh karena dosa manusia seperti pada kisah Adam[15], Nuh[16], Lot[17], dan Ahab.[18] Mungkin kita juga harus mengintrospeksi diri di hadapan Tuhan apakah bencana yang melanda negeri kita disebabkan karena dosa bangsa kita. 
Tetapi sesungguhnya Allah menjanjikan Yesus Kristus akan menebus manusia yang percaya dari dosa. Tugas-Nya juga mencakup memulihkan hubungan antara Allah, manusia dan alam melalui kematian dan kebangkitan-Nya[19]. Bahkan dalam Kitab Wahyu disebutkan tentang langit dan bumi yang baru sebagai puncak dari karya Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[20]
Tentu saja seringkali pengetahuan manusia akan yang baik bukan berarti mewujudkan praksis yang baik dari pengetahuan itu.[21] Hal ini juga berlaku dalam masalah lingkungan. Banyak warga masyarakat yang mengerti untuk mengelola alam dengan baik, misalnya tidak menebang dan membakar hutan, tidak membuang sampah, tidak membuang limbah ke sungai, dan sebagainya. Akan tetapi sedikit orang yang melakukan hal itu.
Kinilah saatnya pemuda penerus dan pewaris zaman dapat memulai tindakan nyata untuk peduli terhadap lingkungan, khususnya kita yang mendapat anugerah wahyu khusus. Kata kunci yang penting dalam usaha seperti ini ialah solusi yang integratif berdasarkan Firman Tuhan serta kemitraan dan partisipasi semua pihak. Hal ini disadari karena pemuda atau Gereja hanya merupakan satu bagian kecil dari usaha ini. Diharapkan dengan melakukan usaha-usaha ini terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi lingkungan hidup, terutama di Indonesia. Amin.

By: Gunawan Tanuwidjaja
Pemuda GRII Singapura

Jagat Renik

Tak kasat mata. Ada di mana-mana. Dan berkuasa.

Oleh Nathan Wolfe
Foto oleh Dept.Mikrobiologi, Biozentrum, Universitat Basel/Photo Researcher, Inc
Cobalah menarik napas. Rasakan udara mengalir masuk ke dalam lubang hidung. Diafragma berkontraksi, menyedot udara ke dalam dada. Oksigen membanjiri rongga-rongga kecil di paru-paru dan mengalir ke pembuluh darah kapiler,
siap memberi tenaga setiap sel dalam tubuh kita. Kita pun hidup.

Demikian pula napas yang baru kita isap. Saat menghirup napas, lubang hidung kita me­nyedot jutaan partikel yang tidak kasat mata: debu, serbuk sari, percikan air laut, abu vulkanis, spora tanaman.

Setiap partikel ini sendiri penuh dengan komunitas bakteri dan virus. Beberapa jenis dapat menyebabkan alergi atau asma. Yang lebih langka, patogen udara yang dapat menyebabkan penyakit, seperti SARS, TBC, dan influenza.

Dalam 15 tahun terakhir, saya meng­habis­kan banyak waktu mencolokkan penyeka kapas ke hidung manusia, moncong babi, paruh burung, hidung primata, mencari tanda mikroba patogen sebelum kuman itu me­nyebabkan pandemi yang mematikan.

Akibatnya, saya jadi menganggap udara sebagai media pandemi berikutnya, bukan zat yang diperlukan untuk hidup. Namun, tenang saja: Sebagian besar mikroba di udara hanya sedikit mengganggu atau tidak berbahaya sama sekali, dan beberapa hampir pasti bermanfaat bagi kita. Harus kita akui, hanya sedikit sekali yang kita ketahui tentang mikroba.

Kita tahu soal bakteri—yang membentuk se­bagian besar biomassa di Bumi—baru sejak Antoni van Leeuwenhoek menggunakan mikros­kopnya untuk mengamati percontoh air kolam dan air liur sekitar 350 tahun silam.

Virus—jauh lebih kecil daripada bakteri, tetapi berjumlah jauh lebih banyak daripada gabungan semua bentuk kehidupan lainnya—ditemukan baru sekitar satu abad yang lalu. Dan baru dalam beberapa dasawarsa terakhir kita mengetahui betapa melimpahnya mikroba yang hidup mulai dari atas awan hingga ber­kilometer-kilometer di bawah tanah. Kita baru mulai memahami betapa penting mikroba bagi kesehatan dan Bumi.

Ketidaktahuan kita pada masa lalu mengenai berlimpahnya mikroba di planet ini terutama akibat ketidakmampuan kita mem­biakkan kebanyakan mikroorganisme di laboratorium. Belakangan ini teknik pengurutan DNA memungkinkan kita mempelajari seluruh populasi di lingkungan tertentu tanpa perlu membiakkannya dalam cawan petri.

Pada 2006, misalnya, para ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory mengumumkan bahwa sampel udara yang di­ambil dari San Antonio dan Austin, Texas, mengandung setidaknya 1.800 spesies bakteri udara, membuat keragaman spesies di udara setara dengan yang ada di tanah.

Di antaranya terdapat bakteri dari padang rumput, pengolahan limbah, mata air panas, dan gusi manusia, serta bakteri yang umum ditemukan pada cat lapuk. Kebanyakan mikroba udara tidak berasal dari jauh, tetapi ada juga yang menempuh per­jalanan sangat panjang.

Debu dari gurun di Cina bertiup menyeberangi Samudra Pasifik ke Amerika Utara dan ke timur ke Eropa, akhirnya mengelilingi dunia. Awan debu tersebut penuh bakteri dan virus dari tanah asalnya, serta mikroba lain dari asap pembakaran sampah atau dari kabut di atas lautan yang diseberanginya yang ikut terbawa. Hirup napas, dan rasakan mikroba dari seluruh dunia.

Selain di udara permukaan yang kita hirup, mikroba juga terdapat di atmosfer-atas, hingga ketinggian 36 kilometer di atas permukaan bumi. Saya percaya mikroba bisa melayang lebih tinggi, meskipun sulit membayangkannya bisa hidup lama jauh dari air dan zat hara.

Di bawah ketinggian itu, mikroba bertahan hidup dan bahkan berkembang. Terdapat bukti bah­wa sekalipun tingkat radiasi ultraviolet yang tinggi dapat membunuh bakteri, beberapa ber­metabolisme dan bahkan mungkin bereproduksi di dalam awan.

Mikroba tidak hanya menghuni udara—mi­kroba menciptakannya, atau setidaknya ba­gian yang paling kita perlukan. Pada awal ke­hidupan di Bumi, atmosfer tidak memiliki kadar oksigen yang tinggi. Oksigen merupakan produk sampingan fotosintesis, dan proses ini ditemukan sekitar dua setengah miliar tahun yang lalu oleh sianobakteri.

Bakteri ini berperan langsung dalam setengah produksi oksigen di Bumi setiap tahun, dan secara tidak langsung atas sebagian besar sisanya. Ratusan juta tahun yang lalu bentuk purba sianobakteri masuk ke dalam sel yang kemudian berevolusi menjadi tanaman.

Di dalam cikal-bakal tanaman tersebut, sianobakteri berevolusi menjadi kloroplas, mesin penghasil oksigen foto­sintesis dalam sel tumbuhan. Bersama-sama, sianobakteri yang hidup bebas dan saudara kloroplasnya yang telah lama terpisah melakukan sebagian besar fotosintesis di Bumi.

Kita kembali lagi ke hidung. Bagaimana nasib mikroba udara yang kita hirup tanpa sadar itu? Makhluk itu cuma numpang lewat. Hidung kita juga dihuni penduduk tetap yang padat dan beragam. Tiga genera—Corynebacterium, Propionibacterium, dan Staphylococcus—merupakan bakteri mayoritas dalam lubang hidung kita.

Mikroba hidung merupakan salah satu komunitas yang membentuk mikrobiom manusia: semua pelengkap genetis berupa bakteri dan organisme lain yang tinggal di kulit, gusi, gigi, saluran genital, dan terutama di usus.

Secara total, jumlah mikroba dalam tubuh manusia melebihi jumlah sel tubuh itu sendiri dengan perbandingan sepuluh banding satu, dan beratnya sama atau melebihi otak kita—sekitar 1.350 gram pada rata-rata orang dewasa.

Jadi setiap manusia merupakan organisme sekaligus ekosistem padat penduduk, dengan berbagai habitat yang dihuni spesies berlainan yang perbedaannya laksana hewan yang ada di hutan dengan di gurun.

Sebagian besar mikroba yang mendiami tubuh kita bermanfaat atau tidak berbahaya. Mikroba ini membantu kita mencerna makanan dan menyerap zat gizi. Mikroba memproduksi protein anti-inflamasi dan vitamin penting yang tidak dapat dibentuk oleh gen kita, serta melatih sistem kekebalan tubuh kita untuk memerangi penyusup yang menularkan penyakit.

Bakteri yang tinggal di kulit mengeluarkan semacam pelembap alami, mencegah pecah-pecah yang dapat menyebabkan kulit dimasuki patogen. Manusia mendapatkan rekan mikroba pertam­nya dalam proses kelahiran, saat melewati saluran vagina yang populasi bakterinya berubah secara drastis selama kehamilan.

Misalnya, Lactobacillus johnsonii, yang biasanya hidup dalam usus dan membantu kita mencerna susu, menjadi lebih banyak di vagina, sehingga sang bayi mendapat bakteri ini, mungkin untuk membantunya mencerna ASI.
Tubuh manusia juga dihuni beberapa kuman culas. Setiap waktu, satu dari tiga manusia memiliki Staphylococcus aureus—bakteri jinak yang bisa berubah ganas—di lubang hidungnya.

Biasanya persaingan antara anggota komunitas lubang hidung dapat mengontrol bakteri ini. Namun, S. aureus bisa jadi berbahaya, terutama jika masuk ke lingkungan yang lain. Di kulit, bakteri ini dapat menyebabkan berbagai hal mulai dari jerawat hingga infeksi yang membawa maut.

Dalam kondisi tertentu, bakteri individu dapat menyatu menjadi lapisan lendir yang bertingkah seperti pasukan, menyerang jaringan baru dan bahkan mengontaminasi kateter intravena dan peralatan rumah sakit lainnya. Galur kuman super S. aureus dapat menyebabkan infeksi mematikan seperti sindrom syok keracunan atau fasiitis nekrotik—penyakit pemakan daging.

Yang membuat galur ini sangat berbahaya adalah kekebalannya terhadap antibiotik, mukjizat kedokteran modern yang telah menyelamatkan jutaan nyawa sejak pertengahan abad lalu. Semakin kita memahami mikrobiota manusia, kita kian menyadari betapa mudah­nya mikroba-bermanfaat terembet menjadi korban sampingan antibiotik.

Sekitar 10-40 persen anak-anak yang diberi antibiotik spektrum luas mengalami diare terkait-antibiotik, karena mikrobiota ususnya terganggu. Meluasnya penggunaan antibiotik sejak usia dini mungkin menimbulkan efek yang lebih besar seiring waktu.

Mikroba lambung Helicobacter pylori telah lama diketahui menyebabkan tukak pada beberapa orang, tetapi pada kebanyakan orang bakteri ini berfungsi mengatur sel kekebalan dalam lambung. Ahli mikrobiologi Martin Blaser yang telah meneliti H. pylori selama beberapa dasawarsa, mencatat bahwa makin sedikit orang dewasa yang memiliki mikroba itu, sebagian karena seringnya mendapat antibiotik dosis tinggi selama masa kanak-kanak.

Blaser berpendapat, semakin berkurangnya bakteri dalam tubuh mungkin berkaitan dengan meningkatnya pengidap asma pada generasi muda Amerika. Jadi apakah kita harus mengobati anak-anak pengidap bengek dengan bakteri H. pylori? Tidak sesederhana itu.

Semakin kita mengenal hubungan antara manusia dan mikroba—serta hubungan kompleks antara satu mikroba dengan yang lain—ilmuwan mulai memandang mikrobiom seperti ahli ekologi memandang ekosistem. Ini bukan sebagai kumpulan spe­sies tetapi sebagai lingkungan dinamis yang terbentuk oleh berbagai interaksi antara anggota­nya.

Artinya, kita harus lebih hati-hati menggunakan antibiotik dan pengobatan probiotik yang sedang naik daun yang tidak hanya menggenjot sementara jumlah mikroba tertentu, tetapi juga merangsang seluruh populasi. “Kita tahu cara mengacau komunitas mikroba,” kata Katherine Lemon, peneliti mikrobiom. “Yang belum kita ketahui adalah cara mengembalikannya ke keadaan yang sehat.”

Pandangan tentang hubungan kita dengan mikroba ini sangat bertentangan dengan pandangan saya sebagai ahli mikrobiologi yang menganggapnya sebagai calon pembunuh yang harus diburu dan dibasmi sebelum menyebar. Tentu saja kedua pandangan ini benar. Kita tidak boleh lalai menjaga diri dari ancaman patogen.

Namun, semakin dalam menjelajahi dunia mikroba, ketakutan kita terhadap makhluk tidak kasat mata yang ada di sekitar dan dalam tubuh ini harus dibarengi dengan penghargaan kita atas manfaat yang baru diketahui—dan debar-debar hati menunggu penemuan selanjutnya.

Minggu, 23 Desember 2012

Surat Dari Tahun 2070

Aku baru berusia 50 tahun, tapi penampilanku seperti seseorang berumur 85 tahun.
Aku menderita gangguan ginjal serius, karena aku tidak minum cukup air.
Aku takut aku tidak punya banyak waktu lagi untuk hidup.
Aku adalah salah satu orang tertua di masyarakat ini.
Aku ingat ketika aku masih anak berumur 5 tahun,
Semuanya tampak berbeda.

Ada banyak pohon di taman, rumah dengan kebun yang indah,
dan aku bisa menikmati mandi selama setengah jam.
Saat ini kami menggunakan handuk dengan minyak mineral untuk membersihkan kulit kami.

Sebelumnya, wanita memiliki rambut yang indah.
Sekarang, kami harus mencukur kepala untuk menjaganya tetap bersih tanpa menggunakan air.
Lalu, ayahku dulu mencuci mobilnya dengan air yang keluar dari selang.
Sekarang, anakku tidak percaya bahwa air dapat digunakan dengan cara seperti itu.

Aku ingat bahwa dulu ada peringatan
HEMAT AIR !
di poster-poster, radio dan TV , tapi tidak diperhatikan. Kami pikir air
akan selalu tersedia untuk selamanya.
Sekarang, semua sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah kering atau terkontaminasi.
Industri hampir berhenti dan pengangguran mencapai proporsi yang dramatis.
Desalinasi tanaman merupakan sumber utama tenaga kerja,
dan pekerja menerima sebagian dari gaji mereka dalam bentuk air minum.

Serangan bersenjata di jalanan untuk satu jerigen air sangat umum terjadi.
dan 80% makanan saat ini adalah sintetik.
Sebelumnya, jumlah yang direkomendasikan untuk minum air untuk orang dewasa adalah 8 gelas per hari.
Saat ini, aku hanya diperbolehkan minum setengah gelas per hari.
Kami sekarang harus mengenakan pakaian sekali pakai,
dan ini meningkatkan jumlah sampah.

Kami menggunakan septic tank sekarang, karena sistem pembuangan limbah tidak bekerja karena kurangnya air.
Tampilan luar dari populasi sungguh mengerikan:
berkerut, tubuh kurus karena dehidrasi, penuh luka yang disebabkan
oleh radiasi ultra violet yang sekarang lebih kuat tanpa perisai pelindung dari lapisan ozon.
Kanker kulit, infeksi gastrointestinal dan saluran urine adalah penyebab utama kematian.
Karena pengeringan yang berlebihan kulit orang-orang muda yang berusia 20 tahun terlihat seperti 40 tahun.

Ilmuwan menginvestigasi, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini.
Air tidak dapat diproduksi, oksigen juga terdegradasi akibat kurangnya pepohonan dan vegetasi,
dan kapasitas intelektual generasi baru sangat terganggu.
Morfologi spermatozoa pada pria telah berubah banyak.
Akibatnya, bayi dilahirkan dengan defisiensi, mutasi dan kelainan bentuk fisik.
Pemerintah mengharuskan kami membayar udara yang kami hirup,
137 m3 per hari untuk setiap orang dewasa.

Orang-orang yang tidak mampu membayar akan diusir dari "zona yang berventilasi"
zona berventilasi berupa paru-paru mekanik yang sangat besar dengan tenaga matahari.
Udara tidak berkualitas baik, tapi setidaknya orang bisa bernapas.
Di beberapa negara, di mana masih ada beberapa zona hijau dilintasi oleh sungai,
tempat ini dijaga oleh tentara bersenjata berat.
Air menjadi harta yang sangat didambakan, lebih berharga daripada emas dan berlian.
Di mana aku tinggal, tidak ada pepohonan, karena jarang sekali hujan.
Ketika terjadi presipitasi, itu adalah hujan asam.

Musim telah terpengaruh oleh uji atom dan oleh kontaminasi dari polusi industri abad ke-20 .
Kami telah diperingatkan untuk menjaga lingkungan, tapi tak ada yang peduli.
Anakku bertanya: Ayah! Mengapa tidak ada air?
Kemudian, aku merasakan ada yang mengganjal di tenggorokanku!
Aku tak bisa menahan rasa bersalah, karena
aku termasuk pada generasi yang berkontribusi menyebabkan kerusakan lingkungan

Sekarang anak-anak kami harus membayar harga yang sangat tinggi!
Aku sangat percaya bahwa dalam waktu yang singkat kehidupan di bumi tidak akan bertahan lagi,
kerusakan alam saat ini mencapai tahap yang tidak dapat diubah.
Bagaimana aku ingin kembali dan membuat manusia mengerti …
Bahwa kita masih punya waktu untuk menyelamatkan Planet Bumi kita.

NB: sebuah tulisan di majalah Prancis.

Anak Katak dan Hujan

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa? Kenapa langit tiba-tiba gelap?”, ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.

Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut, “Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik”, jelas induk katak sambil terus membelai. Anak katak itu pun mulai tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.

Tiba-tiba angin bertiup kencang.

Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai beterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si anak katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu tunggu?”, tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku, itu cuma angin”, ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!”, tambahnya begitu menyenangkan. Dan, anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan. “BLAAARRR!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.

Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan bersembunyi di balik tubuh induknya, tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!”, ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang!. Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang”, ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibuuu, hujan datang. Hujan datang! Horreeee!!!”.
***

Sobat greener, anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan.
Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis sama dengan anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin bertiup kencang dan suara serta kilatan petir yang menggelegar dan menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda- tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak, “Jangan takut melangkah. Jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi.
Karena, hujan yang ditunggu akan datang. Setelah kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya, setelah kesukaran itu ada kemudahan”.

by: ©[Forum Hijau Indonesia/cerminhati]

Makna yang Terkandung di dalam Suit Jepang (Jankenpon)

Suit Jepang atau Jankenpon [gunting-batu-kertas]

Entah disadari atau tidak oleh bangsa Jepang. suit Jepang yang menyimbolkan Gunting, Batu dan Kertas mengandung makna ekosistem di bumi.

Ekosistem di bumi saat ini sedang berkembang ke arah Gunting yang menang. artinya kekuatan manusia yang menang. Manusia membangun dan terus membangun untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Gunting adalah simbol "penghancur" seperti pada capit kepiting. dan memang betul kehancuran terjadi di mana-mana. kita tak merasakannya. karena kita menikmati kesejahteraan tersebut. sementara makhluk lain seperti pohon dan alam liar telah dirusak.

Kertas. kertas adalah lambang dari alam. kertas terbuat dari pohon dan pohon adalah sumber penghasil energi untuk kehidupan. Tumbuhan adalah makhluk yang dapat menyerap energi matahari untuk membuat makanannya sendiri. perkembangan ekosistem saat ini. kertas telah dikalahkan oleh gunting. terjadi penebangan dimana-mana untuk kebutuhan manusia.

Batu. batu adalah simbol bumi. dalam suit Jankenpon. batu dikalahkan oleh kertas (kertas menyelimuti batu). maksudnya tanpa alam yang lestari bumi ini tidak akan ada apa-apanya. namun Bumi mengalahkan gunting. yang artinya bila Batu tidak dikalahkan kertas (batu tidak terselimuti oleh kertas). maka batulah yang akan mengalahkan gunting. (Bumilah yang akan mengalahkan manusia).

Kenyataannya bangsa Jepang memiliki kesadaran berlingkungan yang tinggi. dan Indonesia perlukah merubah cara bersuitnya? dan meniru suit orang Jepang? karena suit Indonesia menyimbolkan pertempuran antara gajah, manusia dan semut.

NB: masukan dari seseorang  "  menurut pemahaman saya arti dari suit kita bukan mlambangkan perang tp justru mengingatkan kita akan eksistensi tiap makhluk hidup dibumi baik yg kecil maupun yg besar punya kekuatan masing2 unt bertahan dimana yg kecil (yg dilambangkan dg jari kelingking) tidak slamanya kalah dan yg besar (jempol) tidak slalu menang artinya kita manusia yg diberi akal harus sadar pd eksistensi alam dalam kehidupannya, tidak boleh semena2 mentang2 berkuasa tp tidak slayaknya pula berputus asa ketika lemah dan ketidak berdayaan menyapa, ttp Optimis tp jangan obsesif".
oleh : ToshIno Miavita Greennocent


Sumber: http://green.web.id/blogs/192/163/makna-yang-terkandung-di-dalam-s